SELAMAT DATANG

.:Welcome::Ahlan Wa Sahlan::HOŞGELDİNİZ::환영합니다::Selamat Datang:.
.:( Assalamu'alaikum wr.wb... Salam sejahtera buat kita semua... ):.

Jumat, 07 September 2012

Prilaku Sosial Gajah


Tugas Prilaku Hewan


PRILAKU SOSIAL GAJAH SUMATERA
(Elephas maximus sumatranus)
  

OLEH :

Masyitah Nafli Sari
NIM:0902101010114




 
  


FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
                                           2010




BAB I
PENDAHULUAN

1.1.  Latar Belakang Masalah.
           Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) sebagai salah satu penghuni rimba raya Indonesia bagian barat, masih belum banyak diketahui tingkahlakunya di alam bebas. Prilakunya yang unik, baik yang hidup soliter maupun komunikasi sosial yang  berkelompok, belum banyak diperhatikan.Tapi, kerap kali kita membaca surat kabar bahwa konflik gajah dan manusia masih sering terjadi. Bahkan  selama sepekan terakhir ini terdapat 3 kasus konflik antara gajah liar dengan manusia yang menyebabkan kerugian besar dipihak manusia, pemukiman, perkebunan, perladangan bahkan nyawa sekalipun dapat direnggut oleh satwa terbesar disumatera ini (Harian Serambi Indonesia, 31 Juli, 3 dan 6 Agustus 2010) namun sebenarnya bukan gajah yang harus disalahkan dan dianggap sebagai pengganggu.Konflik ini dipicu atas perebutan lahan yang seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, meluasnya lahan pertanian serta meningkatnya pembangunan di segala sektor,  yang menyebabkan terpotongnya jalur jelajah alami gajah maka sering muncul masalah gangguan satwa liar gajah yang merusak pemukiman, perkebunan dan perladangan masyarakat pada daerah-daerah persinggungan tersebut.

          Gangguan tersebut merupakan akibat dari perencanaan dan penggunaan tata ruang wilayah yang belum atau kurang memperhatikan satwa liar seperti gajah dan harimau sebagai faktor pertimbangan dalam penetapan tata ruang wilayah. 

1.2.  Tujuan 

               Perlu diakui bahwa tulisan ini sangat jauh dari kesempurnaan, namun diharapkan dengan adanya tulisan ini akan menambah wawasan mahasiswa tentang prilaku sosial gajah sumatera agar dapat meminimalisir terjadinya konflik antara gajah dan manusia. 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 

2.1. Tinjauan Pustaka

            Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) merupakan satwa langka kebanggaan nasional. Gajah Sumatera merupakan salah satu dari tiga anak-jenis gajah yang hidup di benua Asia. Anak-anak jenis gajah dengan ukuran badan terbesar di Asia, yaitu gajah India (Elephas maximus maximus), hidup tersebar di anak benua Asia yakni India, Srilanka, Nepal, Buthan dan Bangladesh. Anak-anak gajah dengan ukuran badan sedang, hidup mengikuti jalur jelajah alaminya di Negara-negara Myanmar, Thailand, Laos, Kamboja, Vietnam, Malaysia, serta di bagian selatan daratan Cina yang dikenal dengan Elephas maximus. Dan yang ukuran tubuhnya paling kecil didapati di sumatera, yakni Elephas maximus sumatranus. Di benua Afrika hidup gajah afrika (Loxodonta africana) yang bertubuh lebih besar dibandingkan gajah Asia, (Bintoro,1992).

           Di Indonesia, mamalia besar ini terdapat di Pulau Sumatera. Hampir seluruh Pulau Sumatera mulai dari Lampung sampai Aceh merupakan habitat gajah. Gajah Sumatera dapat ditemukan di berbagai tipe ekosistem. Mulai dari pantai sampai ketinggian di atas 1.750 meter seperti di Gunung Kerinci. Habitat gajah dapat berupa hutan primer, hutan sekunder bahkan di daerah pertanian. Habitat yang paling disenangi adalah hutan dataran rendah. (Anonimus,2007).
Secara anatomi, gajah Sumatera memiliki ukuran tubuh paling kecil. Tingginya hanya 1,7 – 2,6 meter, dengan berat kurang dari 3 ton. Bagian tubuh yang khas dari gajah adalah belalai dan gadingnya. Belalai ini sebenarnya merupakan modifikasi dari hidung dan bibir atas, yang memiliki sangat banyak fungsi. Selain dipakai untuk memetik daun-daun muda yang segar dan menyuapkan makanan ke dalam mulut, belalai dipakai gajah untuk menghalau binatang nakal yang menempel di tubuhnya, dan untuk menyembur musuh dengan air. sedangkan gading dipakai untuk menusuk dan mencongkel makanan yang tidak bisa dikerjakan dengan belalai yang lunak, juga untuk melawan musuh. Sayangnya, selain sebagai alat untuk mencari makan dan mempertahankan diri terhadap musuh, gading juga menjadi sumber malapetaka bagi gajah, karena diburu oleh manusia. Harga gading yang sangat mahal membuat banyak pemburu liar yang membantai gajah semata-mata untuk diambil gadingnya. (Anonimus,2008).
 


 

BAB II

PEMBAHASAN

3.1. Prilaku Sosial Gajaha. Hidup Berkelompok           Di habitat alamnya, gajah hidup berkelompok (gregarius). Perilaku berkelompok ini merupakan perilaku sosial yang sangat penting peranannya dalam melindungi anggota kelompoknya. Besarnya anggota setiap kelompok sangat bervariasi tergantung pada musim dan kondisi sumber daya habitatnya terutama makanan dan luas wilayah jelajah yang tersedia. Jumlah anggota satu kelompok gajah Sumatera berkisar 20-60 ekor.

           Setiap kelompok gajah Sumatera dipimpin oleh betina dewasa yang paling berpengaruh. Gajah betina sebagai pimpinan berada paling depan, kemudian berturut-turut diikuti dibelakangnya gajah-gajah jantan dewasa yang bergading panjang, gajah-gajah betina dan anak-anaknya serta yang paling belakang adalah gajah-gajah jantan muda yang bergading sedang. Pada lintasan-lintasan terbuka yang dianggap berbahaya pemimpin gajah meniupkan suara  terompet panjang sebagai aba-aba pada anggota kelompok agar waspada. Pimpinan memberhentikan barisan sesaat dan setelah dirasakan aman, pimpinan kelompok akan kembali menggemakan suara dan pasukan gajah bergerak kembali melintasi rimba raya.
Gajah berkomunikasi dengan menggunakan soft sound yang dihasilkan dari getaran pangkal belalainya. Dewasa ini ditemukan bahwa gajah juga berkomunikasi melalui suara subsonik yang bisa mencapai jarak sekitar 5 km. Penemuan ini telah memecahkan misteri koordinasi pada kawanan gajah yang sedang mencari makanan dalam jarak jauh dan saling tidak melihat satu sama lain.
Pada kelompok gajah terkadang jantan dewasa hanya tinggal pada periode tertentu untuk kawin dengan beberapa betina pada kelompok tersebut. Gajah yang sudah tua akan hidup menyendiri karena tidak mampu lagi mengikuti kelompoknya. Gajah jantan muda dan sudah beranjak dewasa dipaksa meninggalkan kelompoknya atau pergi dengan suka rela untuk bergabung dengan kelompok jantan lain. Sementara itu, gajah betina muda tetap menjadi anggota kelompok dan bertindak sebagai bibi pengasuh pada kelompok "anak-anak".

b. prilaku jelajah

          Gajah merupakan mamalia terrestrial yang aktif baik di siang maupun malam hari. Namun, sebagian besar dari mereka aktif dari 2 jam sebelum petang sampai 2 jam setelah fajar untuk mencari makan.

         Secara alami gajah melakukan penjelajahan dengan berkelompok mengikuti jalur tertentu yang tetap dalam satu tahun penjelajahan. Jarak jelajah gajah bisa mencapai 7 km dalam satu malam, bahkan pada musim kering atau musim buah-buahan di hutan mampu mencapai 15 km per hari. Kecepatan gajah berjalan dan berlari di hutan (untuk jarak pendek) dan di rawa berkisar antara 25 km/jam .

          Gajah merupakan mamalia darat paling besar yang hidup pada zaman ini, sehingga membutuhkan wilayah jelajah yang sangat luas.Ukuran Ruang atau wilayah jelajah (home range)gajah Asia bervariasi antara 32,4 - 166,9 km2 bahkan salah satu sumber menyebutkan home range gajah dapat mencapai 650 km2. Wilayah jelajah unit-unit kelompok gajah di hutan-hutan primer mempunyai ukuran dua kali lebih besar dibanding dengan wilayah jelajah di hutan-hutan sekunder.Gajah banyak melakukan pergerakan dalam wilayah jelajah yang luas sehingga menggunakan lebih dari satu tipe habitat. Selain itu gajah juga mampu berenang menyeberangi sungai yang dalam dengan menggunakan belalainya sebagai "snorkel" atau pipa pernapasan.

c. Kawin

           Gajah tidak mempunyai musim kawin yang tetap dan bisa melakukan kawin sepanjang tahun, namun biasanya frekwensinya mencapai puncak bersamaan dengan masa puncak musim hujan di daerah tersebut. Gajah jantan sering berperilaku mengamuk atau kegilaan yang sering disebut musk dengan tanda adanya sekresi kelenjar temporal yang meleleh di pipi, antara mata dan telinga, dengan warna hitam dan berbau merangsang. Perilaku ini terjadi 3-5 bulan sekali selama 1-4 minggu. Perilaku ini sering dihubungkan dengan musim birahi, walaupun belum ada bukti penunjang yang kuat.
  

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
  • Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) sebagai salah satu penghuni rimba raya Indonesia bagian barat berbadan paling kecil diantara jenis gajah lainnya.
  • Pengamatan terhadap prilaku gajah masih minim.
  • Gajah hidup berkelompok dengan anggota per kelompok mencapai 20-60 individu.
  • Gajah berkomunikasi dengan menggunakan suara subsonik yang bisa mencapai jarak sekitar 5 km.
 
3.2. Saran

  • hendaknya pembangunan tidak dilakukan pada jalur jelajah alami gajah agar angka konflik manusia dan satwa dapat di tekan.
  •  Penghentian eksplorasi hutan secara besar-besaran sangat membantu kelangsungan hidup gajah agar populasi gajah tidak diambang kepunahan
  • Tulisan ini belumlah sempurna sehingga perlu dilakukan lagi pengamatan terhadap prilaku lain dari gajah

 
DAFTAR KEPUSTAKAAN
 Anonimus, 2007. Mengenal Gajah Sumatera http://Indotoplist.com/mengenal-gajah-sumatra.htmlAnonimus, 2008. Gajah, si Tambun Yang Ramah. http://tutinonka.files.wordpress.com/2008/10/gajah-si-tambun-nan-ramah.htmlSastrapradja, Sejati D,dkk.1992. Khazanah Flora dan Fauna Nusantara. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia REFERENSI LAIN:Harian Serambi Indonesia : Sabtu, 31 Juli 2010, Selasa, 3 Agustus 2010, dan
Jumat, 6 Agustus 2010



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mesin penerjemah ^^