Tugas Prilaku Hewan
PRILAKU
SOSIAL GAJAH SUMATERA
(Elephas maximus sumatranus)
OLEH :
Masyitah Nafli Sari
NIM:0902101010114
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2010
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah.
Gajah Sumatera (Elephas
maximus sumatranus) sebagai salah satu penghuni rimba raya Indonesia
bagian barat, masih belum banyak diketahui tingkahlakunya di alam bebas. Prilakunya
yang unik, baik yang hidup soliter maupun komunikasi sosial yang berkelompok, belum banyak diperhatikan.Tapi, kerap kali kita membaca surat kabar bahwa konflik gajah dan manusia
masih sering terjadi. Bahkan selama
sepekan terakhir ini terdapat 3 kasus konflik antara gajah liar dengan manusia yang
menyebabkan kerugian besar dipihak manusia, pemukiman, perkebunan, perladangan
bahkan nyawa sekalipun dapat direnggut oleh satwa terbesar disumatera ini (Harian Serambi Indonesia, 31 Juli, 3 dan
6 Agustus 2010) namun sebenarnya bukan gajah yang harus disalahkan dan dianggap
sebagai pengganggu.Konflik ini dipicu atas perebutan lahan yang seiring
dengan bertambahnya jumlah penduduk, meluasnya lahan pertanian serta
meningkatnya pembangunan di segala sektor, yang menyebabkan terpotongnya jalur jelajah
alami gajah maka sering muncul masalah gangguan satwa liar gajah yang merusak
pemukiman, perkebunan dan perladangan masyarakat pada daerah-daerah
persinggungan tersebut.
Gangguan tersebut merupakan akibat dari perencanaan
dan penggunaan tata ruang wilayah yang belum atau kurang memperhatikan satwa
liar seperti gajah dan harimau sebagai faktor pertimbangan dalam penetapan tata
ruang wilayah.
1.2. Tujuan
Perlu diakui bahwa tulisan ini sangat jauh dari kesempurnaan, namun diharapkan
dengan adanya tulisan ini akan menambah wawasan mahasiswa tentang prilaku sosial
gajah sumatera agar dapat meminimalisir terjadinya konflik antara gajah dan
manusia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Pustaka
Gajah Sumatera (Elephas
maximus sumatranus) merupakan satwa langka kebanggaan nasional. Gajah Sumatera
merupakan salah satu dari tiga anak-jenis gajah yang hidup di benua Asia . Anak-anak jenis gajah dengan ukuran badan terbesar di
Asia, yaitu gajah India (Elephas maximus
maximus), hidup tersebar di anak benua Asia yakni India, Srilanka, Nepal,
Buthan dan Bangladesh. Anak-anak gajah dengan ukuran badan sedang, hidup
mengikuti jalur jelajah alaminya di Negara-negara Myanmar, Thailand, Laos,
Kamboja, Vietnam, Malaysia, serta di bagian selatan daratan Cina yang dikenal
dengan Elephas maximus. Dan yang
ukuran tubuhnya paling kecil didapati di sumatera, yakni Elephas maximus sumatranus. Di benua Afrika hidup gajah afrika (Loxodonta africana) yang bertubuh lebih
besar dibandingkan gajah Asia , (Bintoro,1992).
Di Indonesia, mamalia besar ini terdapat di Pulau
Sumatera. Hampir seluruh Pulau Sumatera mulai dari Lampung sampai Aceh
merupakan habitat gajah. Gajah Sumatera dapat ditemukan di berbagai tipe
ekosistem. Mulai dari pantai sampai ketinggian di atas 1.750 meter seperti di
Gunung Kerinci. Habitat gajah dapat berupa hutan primer, hutan sekunder bahkan
di daerah pertanian. Habitat yang paling disenangi adalah hutan dataran rendah.
(Anonimus,2007).
Secara anatomi, gajah Sumatera memiliki ukuran tubuh paling kecil.
Tingginya hanya 1,7 – 2,6 meter, dengan berat kurang dari 3 ton. Bagian tubuh
yang khas dari gajah adalah belalai dan gadingnya. Belalai ini sebenarnya
merupakan modifikasi dari hidung dan bibir atas, yang memiliki sangat banyak
fungsi. Selain dipakai untuk memetik daun-daun muda yang segar dan menyuapkan
makanan ke dalam mulut, belalai dipakai gajah untuk menghalau binatang nakal
yang menempel di tubuhnya, dan untuk menyembur musuh dengan air. sedangkan gading
dipakai untuk menusuk dan mencongkel makanan yang tidak bisa dikerjakan dengan
belalai yang lunak, juga untuk melawan musuh. Sayangnya, selain sebagai alat
untuk mencari makan dan mempertahankan diri terhadap musuh, gading juga menjadi
sumber malapetaka bagi gajah, karena diburu oleh manusia. Harga gading yang
sangat mahal membuat banyak pemburu liar yang membantai gajah semata-mata untuk
diambil gadingnya. (Anonimus,2008).
BAB II
PEMBAHASAN
3.1. Prilaku Sosial Gajaha. Hidup Berkelompok Di habitat alamnya, gajah hidup berkelompok (gregarius). Perilaku berkelompok ini merupakan perilaku sosial yang sangat penting peranannya dalam melindungi anggota kelompoknya. Besarnya anggota setiap kelompok sangat bervariasi tergantung pada musim dan kondisi sumber daya habitatnya terutama makanan dan luas wilayah jelajah yang tersedia. Jumlah anggota satu kelompok gajah Sumatera berkisar 20-60 ekor.
Setiap kelompok gajah Sumatera dipimpin oleh betina dewasa yang paling
berpengaruh. Gajah betina sebagai pimpinan berada paling depan, kemudian
berturut-turut diikuti dibelakangnya gajah-gajah jantan dewasa yang bergading
panjang, gajah-gajah betina dan anak-anaknya serta yang paling belakang adalah
gajah-gajah jantan muda yang bergading sedang. Pada lintasan-lintasan terbuka
yang dianggap berbahaya pemimpin gajah meniupkan suara terompet panjang sebagai aba-aba pada anggota
kelompok agar waspada. Pimpinan memberhentikan barisan sesaat dan setelah
dirasakan aman, pimpinan kelompok akan kembali menggemakan suara dan pasukan gajah
bergerak kembali melintasi rimba raya.
Gajah berkomunikasi dengan menggunakan soft sound yang dihasilkan dari
getaran pangkal belalainya. Dewasa ini ditemukan bahwa gajah juga berkomunikasi
melalui suara subsonik yang bisa mencapai jarak sekitar 5 km. Penemuan ini
telah memecahkan misteri koordinasi pada kawanan gajah yang sedang mencari
makanan dalam jarak jauh dan saling tidak melihat satu sama lain.
Pada kelompok gajah terkadang jantan dewasa hanya tinggal pada periode
tertentu untuk kawin dengan beberapa betina pada kelompok tersebut. Gajah yang
sudah tua akan hidup menyendiri karena tidak mampu lagi mengikuti kelompoknya.
Gajah jantan muda dan sudah beranjak dewasa dipaksa meninggalkan kelompoknya
atau pergi dengan suka rela untuk bergabung dengan kelompok jantan lain.
Sementara itu, gajah betina muda tetap menjadi anggota kelompok dan bertindak
sebagai bibi pengasuh pada kelompok "anak-anak".
b. prilaku jelajah
Gajah merupakan mamalia terrestrial yang aktif baik di siang maupun malam hari. Namun, sebagian besar dari mereka aktif dari 2 jam sebelum petang sampai 2 jam setelah fajar untuk mencari makan.
Secara alami gajah melakukan penjelajahan dengan berkelompok mengikuti jalur tertentu yang tetap dalam satu tahun penjelajahan. Jarak jelajah gajah bisa mencapai 7 km dalam satu malam, bahkan pada musim kering atau musim buah-buahan di hutan mampu mencapai 15 km per hari. Kecepatan gajah berjalan dan berlari di hutan (untuk jarak pendek) dan di rawa berkisar antara 25 km/jam .
Gajah merupakan mamalia darat paling besar yang hidup pada zaman ini, sehingga membutuhkan wilayah jelajah yang sangat luas.Ukuran Ruang atau wilayah jelajah (home range)gajah Asia bervariasi antara 32,4 - 166,9 km2 bahkan salah satu sumber menyebutkan home range gajah dapat mencapai 650 km2. Wilayah jelajah unit-unit kelompok gajah di hutan-hutan primer mempunyai ukuran dua kali lebih besar dibanding dengan wilayah jelajah di hutan-hutan sekunder.Gajah banyak melakukan pergerakan dalam wilayah jelajah yang luas sehingga menggunakan lebih dari satu tipe habitat. Selain itu gajah juga mampu berenang menyeberangi sungai yang dalam dengan menggunakan belalainya sebagai "snorkel" atau pipa pernapasan.
c. Kawin
Gajah tidak mempunyai musim kawin yang tetap dan bisa melakukan kawin
sepanjang tahun, namun biasanya frekwensinya mencapai puncak bersamaan dengan
masa puncak musim hujan di daerah tersebut. Gajah jantan sering berperilaku
mengamuk atau kegilaan yang sering disebut musk dengan tanda adanya sekresi
kelenjar temporal yang meleleh di pipi, antara mata dan telinga, dengan warna
hitam dan berbau merangsang. Perilaku ini terjadi 3-5 bulan sekali selama 1-4
minggu. Perilaku ini sering dihubungkan dengan musim birahi, walaupun belum ada
bukti penunjang yang kuat.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
- Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) sebagai salah satu penghuni rimba raya
Indonesia
bagian barat berbadan paling kecil diantara jenis gajah lainnya.
- Pengamatan terhadap prilaku gajah masih minim.
- Gajah hidup berkelompok dengan anggota per
kelompok mencapai 20-60 individu.
- Gajah berkomunikasi dengan menggunakan suara
subsonik yang bisa mencapai jarak sekitar 5 km.
3.2. Saran
- hendaknya pembangunan tidak dilakukan pada
jalur jelajah alami gajah agar angka konflik manusia dan satwa dapat di tekan.
- Penghentian eksplorasi hutan secara
besar-besaran sangat membantu kelangsungan hidup gajah agar populasi gajah
tidak diambang kepunahan
- Tulisan ini belumlah sempurna sehingga perlu
dilakukan lagi pengamatan terhadap prilaku lain dari gajah
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Jumat, 6 Agustus 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar