SELAMAT DATANG

.:Welcome::Ahlan Wa Sahlan::HOŞGELDİNİZ::환영합니다::Selamat Datang:.
.:( Assalamu'alaikum wr.wb... Salam sejahtera buat kita semua... ):.

Senin, 25 Maret 2019

Letter from Drh. Masyitah for UNICEF

I am writing to ask you to provide $132.5 million for Fiscal Year 2020 as the U.S. Government's voluntary contribution to UNICEF, included in the State, Foreign Operations, and Related Programs Appropriations. This is the same funding level for UNICEF approved by Congress in the Omnibus Appropriations Act for FY 2018 and for FY 2019.

The U.S. Government’s support for UNICEF is an effective investment in saving and improving the lives of vulnerable children around the world, and is an example of assistance that reflects our American values.

Since its founding in 1946, UNICEF has helped save more children's lives than any humanitarian organization. Thanks to strong, bipartisan House and Senate support for UNICEF and for child survival, the number of children dying before age five from preventable causes has dropped by more than half since 1990. However, 5.6 million children still die every year unnecessarily, and UNICEF continues to work to reach every single vulnerable child.

The funding UNICEF receives in the annual appropriations enables UNICEF to be an indispensable partner of the United States in saving children from preventable deaths, supporting basic education, fighting the impact of HIV/AIDS on children, and protecting children from violence, exploitation, and abuse. The contribution also enables UNICEF to partner with American service organizations such as Kiwanis International to fight iodine deficiency disorders and maternal and neonatal tetanus, and Rotary International to work for the global eradication of polio. These are examples of successful initiatives that are strongly supported by the American people.

The appropriations for UNICEF also position UNICEF to respond quickly to emergencies, including helping families affected by the recent Ebola outbreak in the Democratic Republic of Congo and responding to children impacted by crises in places such as Syria, Bangladesh, Yemen, and the Central African Republic.

If the United States were to eliminate the U.S. contribution to UNICEF, it would severely compromise UNICEF's ability to partner with the United States to help vulnerable children survive and thrive, invest in innovative solutions, and respond rapidly to crises. The U.S. contribution to UNICEF is one of the most worthwhile global investments in children we can make, so I encourage you to sustain the funding for UNICEF at $132.5 million in the appropriations for FY 2020.

Thank you for considering my request. I look forward to hearing from you.

Cause u know the Rolemodel for Freedoom in this world is Aceh.

:)

Thankyou.

Drh. Masyitah N. S.

Selasa, 05 Februari 2019

Surat untuk ayah

Kepada Ayahanda Suwarfli
di
tempat terbaik yang Allah berikan

Assalamualaikum wr.wb

Apa kabar ayah? 9 tahun waktu telah berlalu tanpa adanya ayah disamping utet lagi. Adakah ayah merasa bahagia disana? Bahagiakah ayah disana? semoga ayah selalu mendapatkan kasih sayang dari Allah dan semoga kita dapat berkumpul lagi bersama di Jannah-Nya Aamiin.

Ayah, Surat terbuka yang utet buat ini karena rasa rindu utet ke ayah yang sangat dalam. utet tau surat ini tidaknakan tersampaikan pada ayah. utet hanya ingin mengabarkan bahwa cita-cita ayah ingin melihat utet sebagai dokter hewan kini telah terkabulkan. 

utet sudah menyelesaikan studi utet. walaupun utet menyelesaikannya dalam rentang waktu yang lama.
Setelah kepergian ayah banyak hal yang terjadi terhadap utet. bahkan utet harus terpuruk pada satu bagian dari kehidupan utet.

Tapi ayah setiap dalam kepurukan dan suasana hati yg buruk Allah lah yg menjadi sebaik2 penolong. 

Cukuplah bagi utet semuanya. 
Dan dunia sekarang berlaku adil spt yg sering ayah bilang dulu. Ayahanda tercinta.

Sekian surat cinta dari utet,  

di buat dengan penuh cinta dan  hati yg penuh debaran kasih sayang Ayah
😘😍💗💖❤



Senin, 05 Desember 2016

(bukan kisah sedih) si Yatim Piatu

-kisah ini ditulis bukan untuk dikasihani atau ditangisi tapi untuk saling menyemangati-

Ku mulai kisah tentang kehidupan yatim piatu ku ini dengan bersyukur kepada Allah bahwa dengan menjadi seorang yatim piatu tidak lantas membuat hidup ku berakhir dan membuatku larut dalam kesedihan namun menjadi penambah rasa semangat dan rasa syukur dalam menjalani bagian kehidupan ini.

Sebelum pada akhirnya merasakan 'status' yatim piatu, aku terlebih dahulu merasakan piatu di umurku yg menjelang 9 tahun (7 Mei 2001), ibu (yg lebih sering ku panggil mama) meninggalkanku dan kedua saudaraku karena komplikasi dari penyakit diabetes yg mengerogoti jantungnya, beliau tutup usia menjelang umur 50 tahunnya. Kehilangan mama di usia yg masih kecil mungkin sedikit membuatku merasakan kehilangan kehangatan pelukan dan kasih sayang seorang ibu. Namun kepergiannya yg sedemikian cepat untukku itu memberikan kesadaran pada diriku bahwa selama 8 tahun menjelang 9 tahun itu tak ada sedetikpun yg terlewati oleh mama tanpa merawat dan memberiku limpahan kasih sayang dan cinta kasihnya dan tentu saja hal itu juga diberikan kepada kedua saudaraku. Rasa kehilangan pun perlahan sirna dengan seiring berjalannya waktu dan terganti dengan rasa tegar, kuat dan ikhlas menjalani hari-hari selanjutnya. Memang harus ku akui terkadang terselip rasa rapuh saat melihat kedekatan yg terlihat antara teman-teman sebayaku dengan ibunya, tapi kuhibur diri dengan keyakinan bahwa aku juga bisa merasakan kedekatan itu walau hanya dalam mimpi dan imajinasiku.

Aku masih bisa bersyukur dan merasa beruntung bahwa aku dan kedua saudaraku tidak serta merta harus menjadi yatim piatu dan ditinggalkan oleh kedua orang tuaku yg disebabkan oleh kecelakaan ataupun musibah bencana alam yang bisa jadi meninggalkan dengan rasa trauma. Meski dengan menjadi piatu, aku masih bisa merasakan kasih sayang dari seorang ayah yg merangkap tugas menjadi single parent, mengisi peran yg seharusnya dilakukan oleh seorang ibu, mengajarkan cara memasak, menyuci, dan aktifitas merawat rumah secara mandiri dan disiplin. Ayah juga mengajarkan tentang pentingnya menimba ilmu setinggi-tingginya bahkan ayah memutuskan untuk tidak menikah lagi agar ayah bisa fokus bekerja untuk memastikan kami mendapatkan pendidikan yg terbaik untuk kami anak-anaknya. Hingga sebelum ayah menghembuskan nafas terakhirnya ayah mampu menyekolahkan kami bertiga hingga kami merasakan nikmatnya pendidikan di tingkat perguruan tinggi. Kata-kata yg selalu ayah tanamkan pada kami bahwa ayah tidak akan mewarisi kami harta benda yg berlimpah namun ayah berharap dengan ilmu yg kami dapatkan lah kami bisa mendapatkan apa saja yg kami inginkan.

Ayah hanyah seorang Pegawai Negeri Sipil yg berprofesi dibidang hukum. Ayah memulai karirnya dari bawah, bahkan dimasa mudanya sebelum mendapatkan pekerjaan ini ayah hanyalah seorang pembawa becak di pagi hingga sore hari dan penjaga warung kopi di malam hari. Semua ayah lakukan agar adik-adik ayah bisa mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi. Figur ayah yg pekerja keras, tak suka mengeluh dan disiplin tinggi membuat sosok ayah terlihat menakutkan dan menyeramkan, namun dibalik itu ayah adalah sosok hangat yg mencintai dan menyayangi keluarganya dengan caranya sendiri.

Kenyataan bertambahnya 'status' yatim piatu setelah 9 tahun hanya menjadi piatu bermula dari dinyatakannya ayah telah menghembuskan nafas terakhirnya oleh kakakku dan perawat IGD yg bertugas saat ayah kami larikan ke rumah sakit pasca ayah mengalami sesak nafas dan menghembuskan nafas terakhirnya tepat didepan mataku pada hari minggu tanggal 5 Desember 2010. Saat itu kami berdua tengah tidur siang bersama dan tak ku sangka ayah terkena serangan jantung yang menjadi penyebab kematian ayah. Kepergian ayah terjadi begitu cepat mebuatku merasa percaya-tidak percaya apakah ini hanya mimpi buruk atau kenyataan yang harus segera bisa diterima.Tanpa banyak airmata yang bisa keluar dari pelupuk mataku, kami bersaudara memutuskan untuk ayah dikebumikan di kampung halamannya sebagaimana ia pernah berpesan padaku jika sesuatu yang buruk terjadi padanya nanti

Move on, begitu bahasa lah bahasa kerennya untuk kami yang saat itu masih dirundung duka cita. Selepas ayah pergi, kehidupan kami harus tetap dilanjutkan, meski akan sulit dimasa-masa awal saat sunyi dan sendiri rindu akan melanda dan menyelinap perlahan di relung hati kami. Selepas ayah pergi, kami tetap melanjutkan pendidikan kami, pada masa itu kak dewi sebagai kakak sulung masih mengambil kepaniteraan senior (ko-Asistensi) untuk profesi dokternya. Bang iyan juga tetap berkuliah sambil bekerja sebagai supir angkutan umum (labi-labi) disela-sela waktu kosongnya. Kondisi keuangan kami saat itu hanya bertumpu pada penghasilan sehari-hari hasil menadi supir labi-labi dan uang bulanan pensiun ayah. Berhemat sudah pasti harus kami lakukan agar biaya pendidikan kami bisa terbayarkan tanpa ada seorangpun yang harus putus kuliah. Aku bersyukur karena aku mendapatkan beasiswa untuk biaya kebutuhan kuliahku termasuk SPP setiap semesternya. dan saat itu yang paling terasa bahwa Allah itu Maha mencukupkan dan Maha pemberi rezeki kepada hamba-Nya, tidak pernah seharipun kami lewati dengan kondisi sangat kekurangan. Ada saja rezeki yang datang dari mana saja dan kapan saja.

Waktu pun berlalu hari demi hari, bulan dan tahunpun berganti, kak dewi pun telah menyelesaikan kuliah profesinya dia berhasil menyandang gelar dokternya, sebuah gelar yang diidamkan oleh ayah. Kak dewi memutuskan untuk mengabdi sebagai dokter tidak tetap di provinsi Papua di daerah sangat terpencil dan jauh selama 2 tahun, dan menjadi tulang punggung keluarga membantu biaya pendidikan aku dan abang sampai selesai. Meskipun memakan waktu yang lama, akhirnya abang juga menyelesaikan pendidikannya. Abangku kini bekerja di salah satu lembaga sosial di Sumatera Barat. Sementara aku masih harus melanjutkan pendidikan profesi untuk meraih gelar profesi dokter hewan selama setahun setelah menamatkan pendidikan Sarjana  bertepatan dengan hari ibu tahun 2014. 

Dan hari ini, 5 Desember 2016. Bertepatan dengan enam tahun setelah kepergian ayah, dan tepat enam tahun pula kami menjadi yatim piatu, aku sudah menyelesaikan pendidikan profesi dokter hewan dan berhak mendapatkan gelar dokter hewan sebagaimana cita-cita yang ayah pilihkan untukku dan inilah kisah kami sebagai yatim piatu dan tentu saja kisah ini bukanlah sebuah kisah sedih yang harus ditangisi. Tapi aku berharap kisah ini dapat memotivasi, walaupun kedua orang tua sudah lebih dahulu menghadap Yang Maha Kuasa, namun semangat dan nasihatnya tetap dijaga.

sebagai penutup kisah ini marilah kita bacakan doa untuk kedua orang tua kita,
اَللهُمَّ اغْفِرْلِىْ ذُنُوْبِىْ وَلِوَالِدَىَّ وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِىْ صَغِيْرًا
Ya Allah, berikanlah ampunan kepadaku atas dosa-dosaku dan kedua orang tuaku, dan sayangilah keduanya sebahgaimana beliau berdua merawatku ketika aku masih kecil.
Aamiin yaa Rabbal Alamiin

Senin, 09 Mei 2016

Tentang Kota kelahiranku

Medan,

Begitulah yang tertulis pada kolom tempat lahir di setiap dokumen resmi yang kumiliki. selama kurang lebih 8 tahun kota ini menjadi saksi bisu tentang keluargaku, tentang masa lalu yang samar-samar diingatanku tentang bagaimana kehidupan masa kecilku. selama 16 tahun ku tinggalkan kota kelahiranku ini dan hidup berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain. pernah aku berusaha untuk kembali menyamankan diri di kota ini namun yang terjadi adalah aku hanya dapat betah tida lebih dari 1 minggu. yang ada di benakku setiap kembali ke kota yang termasuk salah kota besar di Indonesia ini adalah, kemacetan, keribetan jalannya dan kesulitan menghapal rute transportasi umumnya (maklumlah, dulu kemampuan mapping ku sangatlah buruk).

Namun apa yang kualami ini perlahan memudar ketika aku harus menjalani bagian dari kuliah profesiku untuk menyelesaikan gelar dokter hewan. Perlahan aku menikmati kemacetan yang terjadi setiap hari di jalanan, menapak tilasi masa kecil yang terpotong-potong dalam ingatanku. 

Pandanganku tentang menatap kota yang kejam dimana orang akan saling memaki jika dia tidak suka,  bahkan bisa mengabsensi semua nama pasienku yang sudah diluarkepala (sebab katanya kalau sudah didalam otak,  terotak namanya) 😂

Kejam benar bukan?? Tapi mereka suka bertutur, sopan santun harus tetap dijaga, semua suku bisa kudapatkan disini arab, minang, aceh, jawa, india, melayu, mandailing, toba, karo, bahkan sepertiku yg diberi gelar abat pun bisa (Aceh-Batak).

Sangking eloknya bertutur aku suka mengikuti bahasa daerah mereka,  minimal untuk berkata iya, tidak,  kenapa, apa kabar? Biar keliatan akrab dan ujung-ujungnya tertawa... Bukan karena menertawakan siapa-siapa,  tapi menertawakan hidup yg makin keras ini. Dan kami juga menertawakan kebodohan yg lucu untuk dibuat menjadi rileks dan santai. 

Pernah sesekali temanku bertanya,  apakah aku capek? Apakah aku bahagia? Apakah aku tenang? Apakah aku hari ini baik-baik saja? Wah... Seketika energi ku terisi... Seperti sebuah perhatian sederhana yg menandakan mereka masih mengingatku...

Hanya seperti tulisan ini... Bertanyalah di kolom komentar yg kusediakan... Maka ku jawab dengan penuh cinta... 💌

Sabtu, 22 Maret 2014

Curahan Hati untuk kedua saudaraku

catatan ini spesial ku peruntukkan abangku bang iyan dan kakakku Dewi SuKma SaRi....
utet merindukan saat kita bersama-sama, menghabiskan waktu bersama bercanda bersama, dan kumpul bersama.utet tau saat ini kita dipisahkan oleh jarak dan waktu.
iik di Papua dengan WIT-nya
bang iyan di Makasar dengan WITA-nya
dan utet sendiri di Aceh dengan WIB-nya.:)

Dan...gak tau kenapa, baru kali ini utet benar-benar merasa merindukan kalian berdua, padahal utet tau kita masih bisa saling mengasi kabar, walau untuk saat ini kak dewi gak bisa dihubungi karena keterbatasan sinyal di tempat pedalaman di papua sana.
Utet sadar, ii melakukan ini semua untuk perbaikan kehidupan kita bersama dimasa yang akan datang, kak dewi berjuang sebagai dokter ptt di daerah yang sangat terpencil merupakan perjuangan yang berat. Dan bang iyan mempertanggung jawabkan amanahnya sebagai koordinator wilayah I sumatra di ISKMI-nya.

Rasanya utet masih ingat momen dimana utet belum bisa tidur di tengah malam, tapi dengan melihat lelapnya kalian berdua tidur disamping utet membuat utet merasa aman dan nyaman karena menyadari utet gak pernah sendirian menghadapi setiap episode kehidupan utet. Tapi kali ini utet rindu melihat kalian berdua secara langsung, bukan dari foto kita bertiga bersama yang utet pajang di wallpaper hp utet.

bang iyan... ini bukan karena utet tiba-tiba melow untuk bilang utet sayang sama kalian berdua, utet sadar utet sering memancing amarah kalian berdua disaat kita bersama, tapi bang utet benar-benar rindu abang dan kak dewi.

maaf utet selalu membuat kalian berdua khawatir dengan keadaan utet,,,, untuk kali ini dan seterusnya utet hanya bisa menyapaikan kerinduan utet dalam tiap bait dalam do'a utet, Semoga Allah melindungi kita semua walaupun kita sedang berjauhan, semoga Allah memberikan nikmat kesehatan, dan memudahkan rezeki kita, semoga Allah mengizinkan kita bertemu dengan segera dengan cara terbaikNya. Aamiin ya Rabbal a'lamiin.....

Desa Lamteh, 22 Maret 2014, disaat Adzan zuhur berkumandang.....

Sabtu, 15 Maret 2014

ini cerita tentang sahabatku.....

ini cerita tentang sahabat-sahabatku, yang Allah pertemukan denganku dengan cara-Nya yang indah....

Dulu sewaktu aku kanak-kanak, aku tidak bisa mengingat nama teman2ku dengan baik, aku belum sadar apa itu arti persahabatan. seiring dengan berjalannya waktu, aku mengikuti orang tuaku yang sering berpindah-pindah, bahkan saat aku menduduki bangku sekolah dasar aku memiliki 4 sekolah yang selalu berpindah antar kota, saat aku memulai berteman yang lebih erat aku belum juga paham apakah itu seorang sahabat bagiku. bahkan pernah terbesit dalam pikiranku aku tidak akan pernah punya sahabat, karena aku selalu berpindah tempat dan sulit bagiku untuk memiliki kedekatan yang lebih akrab lagi dengan teman-temanku karena aku sadar bahwa kita akan berpisah saat aku pindah nanti.

Saat aku menduduki sekolah menengah tingkat pertama, aku mengalami hal yang menarik, bahwa jumlah temanku semakin banyak, ini didukung dengan sifat ceriaku, suka tertawa dan senyum yang ditebar kemana-mana. :)
(ini bukan berarti aku orang yang kurang waras looohhh).... saat itu aku menyadari bahwa mungkin aku tidak akan juga pernah punya sahabat, tapi yang tersimpan dalam benakku aku ingin meninggalkan kenangan yang baik di setiap pikiran teman-teman yang akan aku tinggalkan nanti. Dan akhirnya waktu itu tiba... aku harus pindah lagi ke kota empek-empek. disana aku ketemu dengan orang2 yang ramah dan mau menyapa terlebih dahulu.

Seiring berjalannya waktu, aku mulai menikmati setiap proses kepindahan ku dari satu tempat ke tempat lainnya, bertemu dengan orang baru, watak baru, sifat baru dan pengalaman-pengalaman yang baru... pelan-pelan aku mulai percaya bahwa suatu saat nanti aku akan menemukan sahabat yang akan menguatkan saat lemah, mendoakan saat saling berjauhan, dan sejuta harapan yang tumbuh dalam benakku tentang sosok sahabat yang ideal.

Dan sang waktupun terus berjalan dan memaksaku untuk kembali pindah dari kota empek-empek ke kota serambi mekkah, negeri rencong yang berselimutkan syari'at islam yang sangat kental. disini aku menjalani masa putih abu-abu itu dengan sangat menyenangkan, bertemu dengan teman yang satu impian, satu cita-cita bahwa kelak kita akan menjadi seorang yang sukses di hari nanti, berkenalan dengan organisasi OSIS, mengasah kemampuan verbal dengan debat-debat yang sarat akan isu-isu hangat yang terjadi di sekitar kita, canda, tawa, tangis, airmata atau sekedar keisengan menakut2i junior dengan kadal plastik. semua menjadi seru saat dilakukan bersama-sama. dan menjadi pemimpin atas teman2 perempuan itu yang sangat menantangku. saat teman-teman cewek di satukan dalam satu kelas... sebuah tantangan yang sangat berat menyesuaikan pendapat-pendapat yang terkadang menyeleneh menurutku, membuat guru fisika kami nangis dan ngambek tidak mau mengajar, merayu guru agar belajarnya lebih menyenangkan, dan saat itu aku mulai merasakan ikatan yang sangat kuat yang aku sebut dengan persahabatan. Bagaimana tidak, dalam satu kelas itu kita merasakan tangis, canda, tawa, marah, seru-seruan yang dilewati bersama selama 1 tahun. Dan mulai saat itu aku percaya, aku memiliki Sahabat yang sangat banyak.

Saat aku harus berpisah dengan sahabat-sahabat putih abu-abu dikarenakan cita-cita kita yang harus digapai membuat kita terpisah tempat, waktu dan jarak, sejak saat itu aku selalu merindukan mereka semua, berharap dalam setiap do'a bahwa kami akan dipertemukan kembali pada waktu yang indah dan saat kita semua telah memiliki tiap-tiap kesuksesan yang sudah kita genggam dalam tangan masing-masing.

Aku merindukan sahabatku, dan dibangku perkuliahan Allah kembali mempertemukan aku dengan sahabat-sahabat seperjuangan yang sangat luar biasa, mensupport disaat sakit, tanpa ada rasa saling sikut karena takut tersisihkan, mendo'akan saat berjauhan, saling merindukan saat sang waktu memisahkan, dan tetap bertegur sapa, berceloteh, bercanda tawa, menangis saat saling terluka, menguatkan saat rapuh. Dan satu yang aku tidak mampu untuk tidak takjub bahwa Allah mempertemukan aku dengan teman disaat aku duduk di bangku taman kanak-kanak, dan menjadi semakin akrab saat duduk di bangku kuliah.

Aku dulu adalah orang yg sangat susah mengingat nama orang, tidak percaya dengan adanya persahabatan sejati, dan akhirnya menjadi orang yang memiliki banyak sahabat di banyak tempat, meridukan setiap teman yang dulu aku terpaksa tinggalkan karena pindah tempat, dan akhirnya menyadari bahwa setiap teman yang kutinggalkan itu memiliki tempat tersendiri di hatiku dan tempat itu bernama tempat untuk sahabat, saling merindukan dan saling mendo'akan.

Kini aku bertemu dengan para sahabat yang luar biasa yang dipertemukan dengan cara yang indah dariNya, bertemu dengan seizinnya dan berpisah untuk bertemu kembali. Allah mengajarkan dengan caraNya yang unik menurutku untuk berteman, bersahabat, saling memahami tanpa perlu berkata-kata. Terima kasih ya Allah memberikan aku sahabat-sahabat yang terbaik untukku. semoga engkau memberikan kesehatan kepada kami semua, dan memberikan kesempatan kami untuk bersua bercerita bersama dan mengenang kenangan indah yang pernah kami lewati bersama.

terspesial untuk seluruh teman dan sahabat-sahabatku mulai dari....
  • TK Aisiyah Tj. Sari Medan
  • SD Muhammadiyah 03 Medan
  • SD Al-washliyah kapten muslim Medan
  • SD negeri 152879 Pandan Tap-Teng
  • kelas unggulan SD Negeri inpres Pandan Tap-Teng
  • SMP Al-Muslimin Pandan Tapteng
  • SMP Muhammadiyah 10 Palembang, Sumsel
  • SMA Negeri 5 Banda Aceh, dan
  • Fakultas Kedokteran Hewan Univ. Syiah Kuala Banda Aceh

"Allah yang mempertemukan kita, dan kuharap Allah tidak akan memisahkan persahabatan kita dari hati masing-masing kita"

Minggu, 22 Desember 2013

puisi untuk Mama....

setelah sebelumnya pernah buat puisi untuk ayah, maka kali ini aku ingin menuliskan puisi untuk mama dalam rangka merayakan Hari Ibu 2013....(re-write dari notes facebook pribadiku, 22 Desember 2013)

Ma... Jutaan terima kasihku tak cukup untuk menggantikan kasih sayangmu padaku...

Ma... begitu besar pengorbanan dan perjuanganmu, mulai dari melahirkanku, menyusuiku, membesarkanku, mendidikku hingga aku bisa berjalan di kakiku yang lemah ini...

Ma... ajaranmu kepadaku, cinta kasihmu, do'a2mu selalu mengiringi di setiap helaan nafasku...

Ma... jasamu... pengorbananmu... airmatamu... peluhmu... belum bisa ku balas dan ku ganti dengan kebanggaanmu padaku...

Ma... suatu hari nanti aku ingin sepertimu yang kuat bagaikan karang yang di terjang sang ombak, yang lembut bagaikan angin yang membelai pepohonan, yang cantik bagaikan bidadari di syurga...

Ma... saat engkau meninggalkanku didalam kesendirian dan kesedihan untuk selamanya, maka disaat itu aku tersadar bahwa Allah jauh lebih mencintaimu lebih dari cintaku padamu... Ia mengangkat penderitaanmu dan menggantikan kebahagiaan untukmu di dalam syurgaNya...

Ma... jika puisi ini aku tuliskan... itu karena rinduku yang teramat dalam untukmu....

Ma... ku berharap Allah sudah menempatkanmu didalam SyurgaNya yang indah kekal dan abadi...

Aamiin...Aamiin... ya Rabbal Alamin....


-teruntuk mama, malaikat terbaik, terindah, dan tercantik dalam hidupku, Tanpamu takkan ada aku-
22 Desember 2013

mesin penerjemah ^^